Selasa, 14 Februari 2012

Mimpi Kecilku..

Menulis, adalah satu hal yang sudah lama aku senangi. Namun, baru aku tekuni beberapa bulan ini. Dulu, mungkin sekitar satu tahun yang lalu, aku hanya senang iseng-iseng menulis di note facebook, dan bertemakan sisi lain dari keluarga yang kurang utuh, lebih banyak kalimat kasar didalamnya. Dan itu karena sosok lelaki yang mulai datang mengisi banyak hariku dengan cerita-ceritanya, Sabian Gevino Arya. Dia selalu menyukai apa yang aku tuliskan, walau kadang tidak terlalu istimewa, sangat biasa. Dia selalu memberikkan aku semangat untuk menulis, hingga akhirnya aku mau mencoba walau di penuhi dengan rasa tidak percaya diri. Dia pula, yang mengajari aku untuk lebih senang membeli buku di banding belanja make up, dan menyarankan aku untuk senang membaca dibanding menonton gosip. Dia, otak utama yang membuat aku jatuh cinta pada dunia membaca dan menulis.

Dan dia sudah lama menghilang, dengan banyak kenangan yang dia ukir selama dua tahun bersamaku. Tidak, mungkin tidak sempurna. Banyak luka dan cacat dari kesalahan di sana, di masa yang kini sudah berlalu. Namun semua selalu menjadi istimewa untukku, karena dia. Dia yang selalu memberikan aku rasa percaya diri untuk memulai menulis, belajar dan terus belajar, dan dia kini pergi tanpa satu patah katapun. Aku tidak lagi memiliki dia, tempat untuk berbagi cerita. Dan hanya dengan sebuah tulisan, aku bisa mengembangkan apa yang dinamakan sebuah rindu, rindu akut yang selalu mengarah pada sosok dia.

Mimpiku sederhana, aku tidak terlalu ingin menjadi penulis hebat. Memiliki karya-karya luar biasa yang banyak di kagumi orang lain. Tidak, itu terlalu besar untuk aku yang masih dalam tahap belajar. Sesungguhnya, aku hanya ingin menulis sebuah cerita panjang tentang sosok dia, dari awal aku mengenal dia, menjalani banyak hal yang manis bersamanya hingga kini yang hanya tersimpan dalam kotak-kotak kenangan di ingatanku. Tulisan kecil tentang semua rasa kekagumanku, tentang apa yang menjadi mimpi-mimpi aku dan dia, dulu. Jika mampu, akan kubuat sebuah buku tentang dia. Dan nanti saat waktu yang mungkin mampu mempertemukan aku dengan sosoknya di masa depan. Akan kuberikan buku itu padanya, biarkan dia membaca dan mengerti betapa aku mengangguminya, betapa dialah alasan aku menjadi lebih baik. Dialah, yang membuat aku jatuh cinta pada dunia menulis, dan biarkan dia menjadi satu-satunya penganggum tulisanku yang paling istimewa. Itu lebih dari cukup untukku, mimpi indah yang akan aku coba untuk mewujudkannya.

Minggu, 12 Februari 2012

TAUT


Puncak rindu yang paling dahsyat tuh ketika dua orang tak saling sapa,
tapi diam-diam saling mendoakan

Sudjiwotejo

20.54
Bagas,

Ini kali kesekian aku duduk disini. Menatap dinding-dinding kayu kecoklatan ditimpa pendar lampu sekitarnya. Beradu pandang dengan jajaran poster tua, seperti mengajak bicara tentang masa-masa panjang yang pernah disaksikannya ditempat ini. Secangkir kopi pekat, gerimis sejak sore diluar sana, dan dengung sayup suara Etta James menyanyikan a Sunday Kind of Love. 

Beberapa kali aku tergerak untuk mengalihkan mata ke sudut itu. Pada 45 derajat kearah kiri, dekat jendela kaca yang dirubung lembab hawa malam. Gadis berambut panjang yang tak jelas lekuk parasnya, duduk pada kursi kayu menekuni layar komputer jinjingnya.

Sudut mataku sesekali, masih bisa mencuri bagaimana dia bersandar lantas melempar pandang menembus kegelapan luar sana. Seperti hendak memuntahkan jenuh setelah lama bersentuhan dengan tombol-tombol komputernya.

Suara batuk dari arah kananku terdengar. Itu Pak jon, pemilik kafe ini. Lelaki yang memasuki masa senjanya dengan semangat. Tak pernah mau tunduk dengan keriput kulit juga uban di kepalanya yang sudah mulai liar menjalar hingga kumis dan jenggotnya. Aku tahu, dia memperhatikanku sejak tadi. Pak Jon, bukan laki-laki lugu, yang tidak memperhatikan anak muda seumuranku mencuri pandang kepada gadis yang duduk sendirian, dikafenya.

Dia tentu tahu, bahkan pasti tersenyum dalam hati sembari menebak-nebak apa yang sedang kupikirkan. Tapi biarlah. Orang tua itu sudah lama akrab denganku. Sahabat baik yang sering mengajakku menghabiskan malam, berbincang hingga dinihari tentang apapun. Masa lalu, piano dirumahnya yang sudah malas ia bunyikan, juga kerinduan terhadap mendiang istrinya yang telah lebih dulu meninggal dunia.

Ah, kembali ke gadis itu. Kenapa dia menarik perhatianku, itu misteri. Aku tak mudah jatuh hati atau tertarik kepada seorang wanita. Butuh proses yang tidak pendek. Tapi untuk yang satu ini, aku sungguh tidak habis pikir. Rasa penasaran, daya tarik magnetis dari caranya duduk, diam juga bergerak, membuatku ingin menghampiri lantas menyapa. Barangkali inilah cinta yang mendadak itu. Ketika perasaan tiba-tiba berubah tanpa sebab yang jelas.

Aku jadi teringat, pada suatu malam, Pak Jon pernah membisikkan sebuah kalimat yang membuatku tercenung. Saat itu fajar sudah menjelang tanpa terasa, semalaman kami berbincang.

“Pada suatu saat, cinta adalah sebuah peristiwa diluar semua rencana. Dia datang, bahkan tanpa kita sadar” Sederet kata-kata itu kembali menggaung dikepalaku.

****
Sembrani,

Ini sudah ketiga kalinya, aku duduk diantara deretan kursi-kursi kayu yang berada di ujung. Melihat dia yang selalu memilih duduk di meja yang tidak terlalu jauh denganku. Membuatku bisa sedkit melihat sosoknya, lelaki berkulit putih yang selalu mengenakan kemeja berlengan panjang di lipat hampir sesikut, dengan dua kancing yang terbuka dan memperlihatkan kaos oblong yang senada. Rambutnya terlihat rapi dengan gel, dan terbelah kesamping. Duduk manis dengan secangkir kopi di meja yang tepat berada samping kanannya. Di temani lelaki yang sudah cukup tua, dengan pakaian serba putihnya, lengkap dengan celemek dan topi yang menutupi sebagian ubannya. Dia pak Jon, pemilik kafe ini. Diapun sangat ramah, selalu menyambutku dengan senyuman manis setiap kali datang kesini.

Setiap pandanganku mengarah pada mereka, ingin sekali rasanya aku menjadi bagian dari kehangatan mereka. Yang selalu dipenuhi tawa kecil saat berbincang-bincang. Tidak sepertiku, yang setiap kali kesini hanya sendirian, menghabiskan kopi dengan ditemani layar komputerku. Disuguhkan dengan gambar-gambar hasil jepretanku yang memaksa untuk segera di edit karna deadline. Lalu folder “ yogyakarta dikala senja “ tulisanku yang belum sempat kusentuh kembali sejak minggu lalu. Setiap kali aku mencuri waktu memandanginya dalam waktu beberapa detik saja. Sosok dia yang selalu mengingatkanku pada seseorang dimasa lalu. Hal aneh yang memaksaku terseret dalam ruang kenangan saat bersamanya. Sosok yang kini hanya ada dalam ingatanku, sudah jauh berlalu kutinggalkan, meski masih menyisakan sakit di hati.

Mungkin aku sedang berada dalam satu ruang kesepian yang terlampau mengendap di hati. Rindu dengan sekedar sapaan lembut dan sosok yang mau berbagi banyak cerita denganku. Sebenarnya sudah cukup lama aku tertarik padanya, berharap dia bisa datang kemejaku. Membaca cangkir kopinya, mengajakku berbincang- bincang hal ringan dahulu, namun tentu itu akan cukup menyenangkan dan mengusir semua rasa sepiku.

***
Bagas,

Sekali ini, aku benar-benar kesal. Ya, pintu itu seperti mengubah keberanian. Sesaat sebelum masuk keruang ini, ketika kulihat gadis itu berada ditempat biasanya, aku bertekad menghampirinya. Tapi kembali gagal. Kepengecutanku menyergap begitu kakiku menjejaki lantai ruangan. Dan apa akibatnya ? aku teronggok di kursi ini, bersanding kopi yang tak kumengerti lagi pahit sedapnya, juga hamburan angan-angan yang bertengger diubun-ubunku.

Persoalan wanita dan asmara tak pernah mudah bagiku. Seakan-akan ada tembok maya besar yang mengurung lalu menuntut untuk diterobos. Anehnya, itu belum pernah berhasil. Barangkali aku tercipta untuk selalu bermain petak umpet dengan cinta. Tiap kali ada kesempatan untuk memulai, dia datang serupa teka-teki, lalu aku mesti sibuk mencari jawab menemukan kunci-kunci.

Padahal aku lelah. Begumul dengan tumpukan pekerjaan, menghabiskan hari berteman teori, diktat dan sejumlah pertanyaan yang mengantri. Sebagai peneliti, kesepian adalah niscaya. Melahap kertas-kertas catatan, sembari menatap rumus-rumus untuk ditaklukkan. Tapi aku butuh perubahan. Aku menuntut itu pada diriku.

Disuatu pagi, saat matahari baru saja menggeliat, aku membayangkan merdu suara perempuan menyapaku dari seberang jauh lewat telepon. Lalu kencan, menikmati senja sela bangunan tua, pada tanah lapang berumput. Bukankah indah apabila belaian tangan halus kugenggam, sembari kuceritakan dengan kekagumanku pada senja ?

Ah, sudahlah, barangkali ini hanya mimpi yang tak mungkin terjadi. Atau, apakah aku butuh keajaiban ? rentetan kebetulan yang hadir tanpa diduga. Tapi, jika keajaiban itu memang ada, yang kuminta adalah, aku menginginkan gadis itu. Tak peduli siapa dia, meskipun aku hanya beberapa kali melihatnya.

Bagiku, cinta tak butuh perkenalan. Justru cintalah yang butuh dikenali. Lewat rasa, seperti yang sekarang bergemuruh di dadaku

***
Sembrani,

Malam ini sehabis pulang dari masa-masa kerjaku selama di kantor sejak tadi pagi. Bertemu dengan satu pasangan yang mendatangiku dengan tujuan sama, seperti pasangan-pasangan yang lalu. Untuk melakukan season pemotretan prewedding. Aku hanya bisa menelan ludah yang mulai terasa serat  di tenggorokanku, saat dengan manis menunjukkan beberapa contoh album foto lama, dengan menjelaskan konsep-konsep baruku untuk mereka pakai di momen-momen sebelum hari pernikahan mereka tiba. Aku membuka pintu kafe ini dengan cukup kesal, entah apa yang membuatku kesal sekali malam ini. Mungkin aku  iri pada pasangan-pasangan yang selalu datang dengan senyuman kebahagiaan mereka, dan aku harus menyambutnya dengan senyuman pula, mengenyampingkan apa yang bergejolak dalam hatiku sendiri. Keterpaksaan ? Ya barangkali itu bisa dikatakan dengan semua senyumanku, hanya atas dasar kewajibanku memberikan pelayanan terbaik pada setiap pelangganku.

Saat baru saja duduk di meja biasaku, tak lama dari itu aku melihatnya kembali, sosok yang selalu menarik semua perhatianku. Dengan pakaiannya yang seperti biasa, namun entahlah aku merasa dia berbeda hari ini. Dia nampak jauh lebih rapih dan tampan dari biasanya, apa special untukku? Jantungku tiba-tiba berdebar dengan kencangnya, berharap dengan angan-angan yang tak bisa aku kendalikan dengan logikaku.

“ Mungkin dia akan menghampiriku malam ini. Oh tidak..tidak.. apa rambutku masih rapih, apa riasan makeup pada wajahku belum luntur..apa yang harus aku katakan nanti, kata Hallo, Hey..atau apa ”

Batinku disibukkan dengan banyak pertanyaan-pertanyaan konyol. Tentang apa yang akan kulakukan jika dia tiba-tiba saja duduk didepanku. Namun semua pertanyaanku itu terjawab dengan rasa kecewa, sesaat aku merasakan langkahnya melewatiku begitu saja. Dia duduk kembali ditempat biasa, dimana dia akan melewatkan waktu malamnya bersama pak Jon, bukan aku.

Aku tertawa tanpa nada, memandang sendu pada cangkir kopiku. Asapnya masih mengembang diudara,ku biarkan menerpa wajahku. Hangat sekali, meski tak sehangat hatiku saat ini. Sesungguhnya, aku ingin bercerita satu hal, tentang ketidaknyaman dalam pekerjaanku di eo wedding. Melihat banyak pasangan yang akan seketika menghujam jantungku tanpa mereka sadari, apa lagi mengerti. Tentang banyak kenangan pahit, dalam sebuah bingkisan rencana pernikahan. Namun kepada siapa aku harus bercerita, menulis saja tidak cukup untukku. Aku butuh teman, dan aku tidak mengerti kenapa setiap perasaan itu datang, pandanganku tertuju padanya, lelaki yang kini duduk ditempat biasanya. Mungkin ini cinta, yang bahkan sudah lama tak kurasakan, karena mati dengan rasa kecewa yang dalam.

***
 Bagas,

Gerimis, menderaslah. Itu doaku dalam hati. Hanya dengan hujan yang besar, detak jarum jam punya alasan untuk terkesan melambat. Aku butuh waktu lebih, untuk menata nafasku, berdamai dengan degub jantung atau menekuk-lututkan kebimbanganku. Aku menginginkan ratusan alasan untuk tidak beranjak dari tempatku, tetap menikmati sisa kopi, tanpa harus terintimidasi dorongan untuk menghampiri gadis itu.

Ini bukan persoalan memilih lalu menentukan nasib. Aku tak punya kekuasaan apapun terhadap segala ketentuan di masa depan. Apalagi berkaitan dengan siapa yang akan menemaniku menghabiskan hidup. Bersinggungan dengan siapa yang hendak kuajak merawat cinta bersama dalam gandengan tangan. Bukan, bukan itu. Aku hanya khawatir, bahwa setelah kuhampiri gadis itu, lalu persapaan terbangun, saling mengenal, bertukar pikiran, akan membuat rasa ini tak sekuat hentakan seperti halnya sekarang.

Atau ini hanya semacam argumentasi yang kubuat-buat karena begitu menjulangnya kepengecutanku ? ah entahlah. Kupikir merawat rasa akan lebih penting ketimbang mencari atau bahkan menghancurkannya. Saat ini aku hanya ingin merawatnya, dengan tidak merusaknya lewat kebodohan-kebodohanku, karena gagap komunikasi.

Aku akan tetap disini, menekuni keresahaan juga manisnya bayangan-bayangan sekaligus. Aku tak akan mendekatinya. Memilih untuk mengabadikan segala kegaduhan didadaku ini dengan diam tanpa tindakan. Aku mencintainya, oleh karena itu aku membiarkannya hanya dalam bayangan. Ya, untuk keabadian.

Pergilah, berlalulah. Kita akan saling mengingat. Aku sudah merelakan mata ini untuk melepasmu melewati pintu itu.

****

Sembrani,

Waktu yang cukup lama sudah aku habiskan disini. Dengan sebuah harapan-harapan yang lagi dan lagi datang dalam benakku. Mengembangkan lagi sebuah angan yang sempat hancur dalam sekejap dengan kenyataan yang berlalu didepanku. Sebentar aku mencuri waktu memandanginya diam-diam, melihat sekelibat dia masih duduk manis disana, dengan cangkir kopi yang sudah berubah tempat. 

Aku menyandarkan pungungku pada sofa yang nyaman ini, tempat duduk dimana selalu dikosongkan oleh pak jon untukku, aku sangat merasa istimewa karena itu. Pandanganku beralih pada pemandangan malam di luar sana, dengan beberapa kendaran yang masih sibuk  hilir mudik kesana kemari mengisi ruas-ruas jalan. Pikiranku melayang jauh dengan sendirinya. Tidak, mungkin aku hanya sedang ada dalam ruang rasa rindu atas dasar kesepian saja. Aku tidak ingin pada akhirnya semua kembali buruk seperti dulu. Hanya manis sesaat yang kurasakan saat dia datang menyapaku disini, menukar banyak pemikiran dan cerita yang akan membuatku  terjebak pada harapan-harapan besar. Ngeri, bukan main sakit yang masih bisa kubayangkan jika harus kehilangan sosok tercinta untuk kedua kalinya, dan aku belum tentu siap untuk menerima rasa-rasa khawatir dari keluarga dan orang-orang terdekatku. 

Mungkin ini yang dinamakan cinta,  sebuah perasaan tulus yang datang dari hati. Akan kupelihara dengan indah dan membiarkannya mengembang dihatiku,  tak  akan kubiarkan segala kesalahan kecil yang akan berubah besar karena keinginan atau rasa egoisku untuk bersamanya. Cinta akan mengembangkan segala hal yang indah, bukan paksaan. Aku menarik diri dari kenyamanan dan gejolak-gejolak hatiku sendiri, mencoba berdamai antara keegoisan dan perasaan yang datang dari hati. Aku rasa, aku membutuhkan waktu yang cukup lama lagi, untuk mampu memperbaiki dan memulihkan hatiku sebelum memutuskan untuk berani jatuh cinta kembali. Biar dia menjadi cinta dalam hatiku, biar dia berkembang dalam hatiku dengan indah tanpa merusaknya dalam hubungan fisik, tanpa kata, tanpa sapa namun terasa.

Aku meneguk sisa kopiku yang mulai dingin, dan memutuskan untuk pulang. Menyiapkan diri untuk banyak pekerjaan dan rutinitasku esok hari. Aku berdiri dan berjalan perlahan menuju pintu kafe ini, dengan berat hati meninggalkan apa yang sudah menjadi bagian manisku di kafe ini. Camera canonku masih setia dalam genggamanku, menyimpan beberapa gambar dia saat asik berbincang-bincang bersama pak jon, ada gambar-gambar yang mengoreskan senyuman manisnya disini, cukup untuk kunikmati disepanjang malamku dirumah.

*** 
Pak Jon,

Kedua anak muda itu membuatku semakin yakin bahwa keindahan selalu dibangun dengan kasih sayang. Belakangan ini aku memikirkan mereka. Aku belum terlalu tua untuk bisa membaca gerak tubuh dan bahasa wajah keduanya yang saling tertarik. 

Dari sebalik meja ini aku masih bisa menyaksikan mereka, satu sama lain saling mencuri pandang, lalu setelahnya, sibuk membungkam perasaan masing-masing. Gadis itu, dengan suara lembutnya seperti hendak mengatakan sesuatu ketika aku menghampirinya untuk menyuguh minuman yang dipesan. Meski basa-basi menutupnya, tapi aku bisa membaca air mukanya yang berharap aku  menyampaikan sesuatu tentang lelaki muda diseberangnya. Mereka saling merindukan dalam diamnya masing-masing.

Ini menggelikan. Tapi bukankah seperti itu asyiknya bermain asmara. Seperti masa laluku dengan istriku, juga seperti yang orang-orang rasakan..  Cinta itu keserupaan, datang dengan desir yang sama, walaupun bentuknya bisa berbeda.

Melihat mereka, aku seperti terlempar kepada masa-masaku dahulu. Fragmen gerak-gerik yang dibuat keduanya menebar aroma nostalgia yang menyengat. Tiba-tiba aku merindukan istriku, Mengingat saat-saat terakhir sebelum kau pergi. Di teras belakang rumah kita kau guraukan, bahwa suatu saat jika ajal memisahkan salah satu dari kita, hal yang sangat kurindukan adalah cara kita melewatkan malam. Duduk berdua, menikmati bulan atau hujan, tanpa bicara. Aku setuju denganmu, istriku. Ada hal-hal yang lebih dahsyat kurasakan, justru ketika kita menyedikitkan kata-kata. Tangan saling menggenggam dan kita bersapa lewat sentuhan, juga bisikan hati masing-masing, saling bersahut.

Malam ini aku benar-benar merindukanmu, istriku. Tuhan selalu menjagamu.

Aku beranjak, kedua anak muda itu mulai menunjukkan tanda akan meninggalkan tempat ini. Sang gadis melenggang terlebih dahulu. Seperti biasanya, melempar senyum setelah barang-barangnya terkemas, lalu menyapa dengan suara lembutnya, dan kubalas dengan anggukan.

Dan lelaki muda itu ? ah, ingin rasanya aku membesarkan hatinya. Tatapannya yang disembunyikan dari ketidakrelaan atas kepergian si gadis ingin kutangkap dan kutampung digenggaman. Hingga datang waktunya aku akan merangkulnya dan membisikkan “Nak, yang terdahsyat dari perasaan cinta adalah ketika tak saling sapa, tidak juga saling kenal, tanpa menyentuh satu sama lain, tapi saling merindukan. Bercinta dalam diam, merawatnya, lalu biarlah waktu yang akan menghanyutkan, dititik mana kedua rasa itu akan bertemu. Itulah kesetiaan, puncak komitmen terhadap cinta”

Jakarta – Manado, 12 februari 2012

Di tulis bersama kakak hebat Erik supit ( @eriksupit ), di #20HariNulisDuet dengan tema ' Komitmen '

Sabtu, 11 Februari 2012

Dia lelakimu, Dan kamu wanitanya..

Aku baru mengerti, dengan sebuah pembuktian secara langsung tentang keunikan cinta.Saat mendengar kisah kalian, tentang sosok lelaki yang cukup aku kenal baik sejak dulu. Lelaki, yang menggilai dunia foto dan bermusik. Terkenal cuek sekali dengan perempuan, dan tidak menyukai sebuah kekangan. Dan cinta, yang di temukan dari sosok wanita, yang tidak lain adalah kamu. Mengubah cara pikir dia, dari si cuek menjadi sosok yang sangat memperhatikan hal - hal kecil, alasannya sudah tentu karena cinta.

Menyenangkan juga, saat mendengarkan cerita tentang awal kalian bertemu karena seorang teman yang menawarkan teh gimong (wanita) untuk menjadi vokalis baru di bandnya a ferry (lelaki). Dari sekedar ngobrol-ngobrol iseng, lalu bisa sampai berlanjut kedalam ruangan yang mengatas--namakan dirinya, nyaman. Cinta, memang kadang datang tiba-tiba yah, dan bisa mengubah yang tidak mungkin menjadi lebih nyata. Sebuah proses panjang yang sudah di lewatkan bersama-sama, saling melengkapi, mengenal, dan memahami. Pasti satu hal yang menyenangkan bukan, saat sekedar menghabiskan waktu bersama untuk sekedar pergi mencari film - film favorite kalian, lalu menontonnya berdua dirumah. Dengan, si lelaki yang suka film action dan wanita yang suka horor, akan menjadi satu hal manis nanti saat mengenang ribut - ribut kecil untuk memilih film mana dulu yang akan diputar. DVD-ing, kalian menyebutnya untuk kesenangan kalian dalam menonton film dirumah.

Waaaaaw, cukup membuat iri juga untukku. Dengan merasakan sebuah hasil dari proses panjang kalian, dari awal si lelaki yang berkata " I Love u wanitaku " dan sebentar lagi akan berubah menjadi " I Love u istriku ". Aku harap, semua rencana di akhir tahun ini yang sedang kalian susun dengan rapih dan sebaik-baiknya itu, akan berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan, bahkan lebih, amin. Menurutku, kalian sangat romantis. Karena terkadang, sebuah kata romantis itu adalah hal-hal yang jauh dari kata romantis itu sendiri. Contohnya adalah, saat lelaki yang dulu terkenal cuek, kini saat bersama wanitanya ini dia dengan mesra menggandengnya di tengah keramaian. Yang bahkan dulu tidak pernah dia lakukan untuk sosok-sosok yang pernah ada di masa lalunya. Saat si lelaki berkata dengan lembut " Mamah masih hutang pesta besar untukku dan kamu " dan yang masih hangat kemarin aku dengar " Hey, nanti mamah mau telpon kamu yah ". Menyenangkan sekali bukan, masa dimana kita sebagai perempuan bisa dekat dan kenal lebih dalam tentang kehidupan pasangan kita, bahkan orang-orang terdekatnya. Lalu, bagaimana kalau resepsi kalian nanti di adakan dibali saja, di pantai. Tempat yang menjadi favorite kalian untuk menghabiskan waktu berlibur, itu juga romantis lho. Bahkan disaat kalain hanya bisa foto sendiri-sendiri karena liburan berdua saja, benarkan? :).

Semoga apa yang menjadi doa, usaha dan harapan kalian segera terlaksana. Indah pada saat waktu yang datang dengan tepatnya. Memiliki keluarga bahagia, dan satu anak perempuan yang cantik. Hayoo, anaknya mau di ajarin musik sama bikin tatto pasti, ih maulah akunya, lhoo. Intinya, semoga yang terbaik atas usaha-usaha kalian selalu menghampiri dan menjadi bagian dari kalian. Hari ini aku mendengar kabar baiknya, dan besok aku tunggu sebuah undangan manis dari kalian.

Terima kasih wanita dan lelaki, semoga kalian berbahagia. Dan aku bisa seberentung kalian nanti, menemukan hal-hal manis bersama pasanganku, yang sekarang masih dalam proses pencarianku.Terakhir, titip salam buat adik kalian yah, yang menghilang di peredaran bbmku,uhuhuhu. Besok, luangkan waktu untuk kita berlibur besama :).











Perempuan,




Rahmawati

*surat untuk @giimonggiimong dan @ferryarliansyah



Rabu, 08 Februari 2012

Surat untuk mantan calon kakak ipar..

Perempuan cantik, apa kabarmu? Ingatkah denganku, sosok yang selalu menggodamu dengan banyak becandaan yang kadang hingga membuatmu mengeluarkan kata - kata kasar, tentu saja ciri khas betawimu? Aku kadang dulu sakit hati, tapi kenapa sekarang malah rindu. Maafkan jika aku terlalu banyak menyakiti, terlalu banyak mengembangkan harapan. Masih menyenangkan, jika mengingat rencana kita dulu. Untuk berkencan bersama dengan kedua lelaki istimewa di hati kita, aku dengan adikmu dan kamu dengan lelaki baik berhati malaikat, katamu. Bukankah, kita akan disibukkan dengan waktu yang cukup lama berdandan, memilih beberapa dress yang cantik, dan merias wajah kita agar manis saat pergi berkencan. Kemana kencan kita dengan mereka? Kita tertawa saat menyebutkan nama code, haaah kencan di pinggir kali untuk sekedar ngopi aja harus ribet make up, pakai dress. Tapi aku akan membela diri tentunya, bukankah kita akan pergi dengan lelaki istimewa pula, jadi tidak ada yang berlebihan--kan. 

Apa kabarnya ibu calon mertuaku? Apa dia masih diet, demi obsesi tubuh indah seperti yuni sarah. Katakan padanya, aku gagal diet demi mengejar tubuh seindah syahrini, hehe. Lalu, apa kabar dengan metta? adik laki - laki yang selalu senang bercerita tentang jenny kekasihnya, memaksa aku untuk merayu ibu calon mertuaku mengijinkan--nya berpacaran? Aku rindu. Kemudian rama, si gembrot cantik yang selalu makan banyak dan ganjen setiap melihat pria tampan, apa dia masih ganjen dengan guru belajarnya? Kemana dia, dulu senang sekali datang menghiburku, terlebih saat aku sedang ribut dengan gevin, kenapa pergi? aku rindu.

Mungkin benar, kita terlalu banyak menyimpan rahasia, yang berujung dengan kebohongan untuk menutupinya. Bahkan, akhir yang tidak sama sekali aku harapkan harus dengan senang hatiku terima. Baru saja aku merasakan kebahagiaan,tentang senangnya menjadi bagian dari kalian, merasakan berarti bukan hanya untuk gevin namun untuk keluarganya pula. Ini yah rasanya memiliki calon kaka ipar yang selalu baik padaku, cerewet sekali. Namun, aku tau karna rasa khawatir dan sayangmu yang berlebihan, aku masih ingat kamu sering marah - marah hanya karna aku susah makan. Dan mengancamku dengan teman - teman dunia lainmu, untuk membuatku segera beranjak pergi makan. Atau bercerita, tentang adikmu yang tidak lain adalah kekasihku.

Ini pulakah, rasa-nya dekat dengan calon ibu mertua, yang selalu manis dan lembut memanggilku dengan sebutan " Nak ". Yang tidak jauh berbeda dengan ibuku dirumah, mengingatkan aku untuk tidak melupakan kewajibanku beribadah. Dan tentu, merasakan memiliki adik - adik yang selalu menanggapku kakak cantik mereka. Menyedihkan memang, aku terlalu tenggelam dalam hal yang nyatanya bukanlah untukku. Jika aku, memang bukan jodoh kalian, bukan yang terbaik untuk kalian, maafkan untuk semua harapanku ka. Aku menyayangi kalian, sungguh. Meski terlalu banyak kesalahan di masa itu, tapi semua indah dan mengajariku banyak hal, terima kasih ka. Mungkin, aku tidak lagi bisa merasakan keberadaan kalian, namun kalian tersimpan rapih dalam kotak - kotak kenangan di hatiku. Dan, akupun berharap namaku akan berada dalam satu kotak indah di memori kenangan kalian. Jangan marah lagi padaku, karna akupun tidak pernah membenci kalian, apapun yang sudah terjadi antara kita.

Terima kasih, sudah mengajariku tentang arti kebersamaan dan memiliki. Terima kasih sudah mengenalkan aku pada keluarga besar kamu ka, dan tentu tentang kekecewaan atas rasa kehilangan. Aku harap kalian menemukan kebahagian, dan dalam keadaan baik - baik saja. Sekali lagi, maafkan aku yang sampai kini masih saja tidak tau diri untuk merindukan kalian.


Adikmu,


Rahmawati 

Tolong sampaikan surat cinta ini untuk @jasminefahranie , terimakasih.

Selasa, 07 Februari 2012

sepotong rasa rindu..

Teruntuk lelaki di masa lalu..

Hey, harus bagaimana cara agar suasana kita bisa jauh lebih baik seperti dulu. Tidakkah pernah sedikitpun, kamu memiliki keinginan untuk hubungan yang lebih baik. Inginku, setidaknya kita masih bisa berkomunikasi dengan baik, masih bisa berbagi banyak hal dalam sebuah cerita. Tidak banyak inginku, hanya ingin mampu menjadi teman baikmu, itu saja. Mungkin memang terlalu banyak kebodohan dan kesalahan di masalalu, namun bukankah kita sudah sama - sama saling belajar dan beranjak memperbaiki diri. Lalu mengapa masih diam dalam bisu, yang hanya menambah banyak kebingunganku saja. Baru saja kemarin, ada teman yang banyak menanyakan tentangmu, memaksa aku mau tak mau masuk lagi pada apa yang selalu aku coba hindari. Saat dengan senang hati menceritakan sesosok lelaki baik hati yang selalu lembut dan penuh kasih sayang, lelaki yang selalu menyapaku dengan riang saat pagi dan waktu menjelang tidur.

Kamu, masih tetap nama kamu yang aku sebut dengan penuh arti dalam setiap bagian ceritaku. Kamu yang selalu konyol, atau berubah menjadi manja denganku. Kamu, yang selalu bersemangat bercerita tentang apa yang menjadi angan di masa depan untuk kita, aku dan kamu. Aku bahkan masih bingung, siapa antara kita yang pergi dan ditinggalkan? Apa kamu tau? Apapun itu aku hanya ingin kamu mengerti bahwa aku rindu. Seharusnya, kamu sudah jauh lebih kenal aku bukan. Harusnya pun kamu sudah tau bagaimana inginku, aku tidak perduli dengan semua yang selalu kamu gambarkan, tidak perduli dengan semua yang sudah menjadi kebohongan kamu. Aku hanya ingin kita bisa jauh lebih baik, rasanya terlalu cepat waktu aku untuk mengenal dan belajar banyak hal dari kamu. Tidak, itu sungguh belum cukup untukku.

Masih hangat di baris - baris memori hatiku, saat kamu dengan sendu bernyanyi sebuah lagu dengan berjudulkan kata " takut ", mungkin kamu juga masih ingat saat aku tertawa dan menganggapmu konyol dan berlebihan, kamu bilang bahwa kamu takut kehilangan aku. Lalu apa yang harus aku lakukan saat kenyataan yang aku hadapi adalah kamu yang menghilang? Haruskah aku tertawa, atau mungkin memaki - maki dirimu agar merasa puas dengan sebuah kekecewaan, apa? Nyata--nya aku tidak mampu melakukan apapun, selain diam. Aku rasa aku bukan perempuan hebat, mungkin hanya sebuah keterpaksaan menjalani apa yang ada di hadapanku, karna jelas sudah tidak ada pilihan lain.

Rahasia, semua memang tetap menjadi rahasia. Rahasia yang di mainkan sedemikian rupa, hingga mengubah menjadi sangat sempurna. Tak akan habis pikir, siapapun yang mendengar ceritaku, namun tetap saja mereka hanya pendengar. Bukan seperti aku, yang langsung menjadi pemeran, dalam setiap adegan demi adegan drama yang berakhir pada tanda tanya. Perduli setan, dengan siapapun yang menganggapku konyol, berlebihan, atau nada - nada tidak menyenangkan yang mereka lontarkan untukku. Karna tentu, mereka bukan aku, dan mereka tidak akan mengerti dengan apa yang ada di aku dan masa lalu.

Apa? Jika kamu ingin berbisik dan mengatakan bahwa kamu hanya mempermainkan ku, tentu akan dengan senang hati aku membalas pernyataanmu. Kamu memang sudah sangat sukses untuk melakukan itu, berhasil membuat aku menjadi orang yang lebih senang bersembunyi dalam topeng senyuman. Lalu apa lagi? Tak apa, tentu aku akan selalu mau mendengarkan mu. karna aku hanya rindu, rindu pada lelaki yang menjadi alasanku untuk bahagia di masa lalu, masa yang kini sering sekali membuat aku sesak, dan diam dalam tanda tanya.




perempuan.

Minggu, 05 Februari 2012

Mungkin, surat terakhir..

Dear bang juple ( julia peres ) eeh, ini adalah surat ke tigaku. Mungkin pula adalah surat terakhir aku buat kamu di sini. Bagaimana sudah bisa buka surat kaleng -nya? Hemmm, dasar. Meski kadang kamu menyebalkan, namun tetap saja bisa menjadi banyak daya tarik buat orang lain, terutama kaum perempuan. Apa kamu pake susuk, pasang dimana? Lho..

Tau gak sih, efek dari surat pertama aku untuk kamu. Banyak sekali perempuan yang mendekati aku, naksir? bukan..bukan. Mereka nanya - nanya soal kamu bang, nah kan jadi bingung. Aku sih takut nya mereka nyangka aku riani, oh berlebihan yah kalau ini. Itu salah satu pembuktian aja, bahwa banyak yang kagum sama kamu bang. Dan aku yakin, salah satu alasan mereka adalah peran kamu di buku nya om donny. pasti juga kamu sering dapat pertanyaan, kamu itu nyata atau tidakkan? Karna apa coba, karna mungkin kamu tidak menjadi pemeran di film 5cm--nya itu sendiri. Yah, apapun itu tetaplah menjadi sosok yang memang mampu di kagumi banyak orang, karna diri sendiri.

Terima kasih, sudah meluangkan waktu beberapa kali untuk membaca hasil dari tulisan - tulisan kecil ku bang. Apa lagi kalau di kasih kritikkan dan saran, aku sangat senang. Mau kritikkan pedes sekalipun, kalau penyampaian nya baik pasti akan selalu ngena di hati. AKu memang masih dalam proses belajar bang, maka nya maklum lah masih banyak tulisan yang salah, atau penyimpanan kalimat yang acak - acakkan. Aku pernah coba nulis soal apa yang menjadi pengalamanku sendiri, lalu ada beberapa orang mengatakan bahwa aku berlebihan. Mengutarakan sebuah pengalaman menyedihkan dan merasa diri paling tersakiti,menurut mu? Sebenar--nya aku hanya senang menulis, dan ingin sedikit berbagi tentang apa yang menjadi kesalahanku dalam sebuah tulisan. Bukan untuk dianggap hebat, sabar atau bijaksana dalam menyikapi masalah. Aku hanya senang bercerita namun sekarang lebih menumpahkan-nya pada tulisan, bukan orang lain. Apa ada yang salah, atau apa memang aku berlebihan?


Aku dan masalalu ku, mungkin memang tidak terlalu baik. Banyak hal yang menjadi kesalahan, bahkan untuk saat ini pun aku sedang berusaha keras untuk memulihkan apa yang menjadi rasa kecewaku. Jika aku menuliskan hal tersebut, untuk siapapun yang dengan senang hati meluangkan waktu membaca--nya. Aku tidak bermaksud hal buruk apapun, jika mereka mampu mengambil hal baik dari yang ku tulis, dan lalu kemudian suka dengan tulisanku, itu aku anggap bonus saja. Seperti kata heykila, menulis ya menulis saja, jika ada yang suka itu hanya bonus. Jadi apa aku masih ada alasan untuk berhenti dengan apa yang ku senangi ini? Oia, suara mu bagus lho bang, bagaimana jika buat album aja? ahahaha. Kan vokalis, mana band nya? Sekali - kali bikin lirik lagu dan nyanyikan sendiri, pasti banyak yang suka.


Baiklah, aku harap kamu selalu dalam keadaan baik - baik saja bang. Sukses dengan apapun yang menjadi usaha - usaha dan kerja kerasmu. Jika nanti aku diberikan kesempatan menulis surat lagi, tentu aku akan menulis surat nya untuk kamu. Nanti kalau film--nya sudah jadi, kita lihat apa aktor ganteng itu benar - benar bisa menjiwai karakter mu? Emmm, heran juga sih, kan kamu ganteng bang yah, kenapa gak kamu aja? Atau emang mereka belum sadar dan mata batin mereka belum terbuka untuk menyadari kegantengan kamu, uhuhuhu.
Nanti kalau tulisan - tulisan kecil ku sudah lebih baik, mampir baca yah bang juple ahahaha. Terima kasih banyak lelaki penikmat kopi, salam sama genta, arial, ian dan riani. Jujur yah, kalau ada yang harus aku sirik-in dalam sebuah persahabatan, ya kalian lah. Aku juga dulu punya sahabat baik, nama nya abel raditya, gween dan doni. Tapi sayang, mungkin aku belum terlalu beruntung untuk jauh lebih kenal mereka lebih, mereka pergi dan bahkan sampai saat ini aku masih belum mengerti banyak, dimana salahku. kehilangan sahabat, emang gak enak banget. Waktu gak akan cukup menghapus semua kekecewaan untuk hal tersebut, tapi apapun itu aku pun sudah sangat bersyukur. Setidak-nya aku sudah merasakan bagaimana mengenal dan memiliki sosok - sosok sahabat seperti mereka, mengajari aku arti kehidupan dan apa yang di namakan berbagi, dalam hal apapun.


Terima kasih bang juple yang unyu dan kece, atas banyak waktu-nya untuk mau membaca surat aku ini. lelaki tampan yang selalu rajin ngetweet bahkan di sabtu malam, itu cukup menghibur para kaum jomblo dan LDR. Bahwa, jomblo itu tidak selama--nya buruk. Orang yang punya pacar pun masih sibuk ngetweet aja bukan nya jalan atau apa gitu sama pacar nya, iya kan? ahahaha.

 




perempuan,




Rahmawati.


*surat cinta teruntuk zafran raditya ( @kahlilzafran )

Sabtu, 04 Februari 2012

Masa lalu mu

Untuk lelaki yang terindah, apa kabar mu hari ini ? Sudah kah membaca surat pertama ku untuk mu ? Aku harap sudah, dan tentu aku harap kamu pun mengerti apa yang ku maksud. Boleh kah aku sedikit bercerita tentang apa yang menjadi kesenangan ku saat ini, karna sudah lama sekali bukan kita tidak meluangkan waktu hanya untuk sekedar berbincang hal - hal sederhana, namun akan berubah menjadi istimewa saat membicarakan nya bersama mu.

Yah, mau tak mau untuk saat ini aku hanya bisa bercerita lewat tulisan - tulisan kecil ku. Bagaimana dengan mu, bukan kah kamu juga sangat senang bercerita dulu ? Tentang banyak hal yang ingin kamu lakukan, tentang mimpi - mimpi mu, dan tentang kita. Memang benar yah, semua akan jauh terasa indah saat kita kehilangan. Tapi tak mengapa, aku tidak sedih terlebih menyesal dengan keadaan ku saat ini. Karna setidak nya, aku pernah merasakan bagaimana indah nya saat jatuh cinta dan menikmati kebersamaan bersama mu.

Jangan, jangan sampai kita saling membenci untuk akhir yang bahkan bukan keputusan kita sendiri ini. Salah siapa ? tidak, tidak ada yang salah antara aku ataupun kamu. Semua hanya tentang bagaimana cara kita memandang dari sisi baik keadaan kita saat ini masing - masing. Kita sudah saling belajar banyak hal saat bersama bukan, dari hal - hal manis hingga mengerti cinta itu bagaimana, berbagi itu apa. Dan dengan sebuah kekecewaan atas apa yang harus kita jalani saat ini. Setidak nya, nanti saat ada waktu dan masa di mana aku dan kamu akan menemukan sosok baru dalam hidup kita masing - masing. Kita sudah jauh lebih mengerti bagaimana cara yang baik dalam menunjukan setiap rasa cinta dan kasih sayang kita untuk mereka. Agar tidak lagi melakukan kesalahan banyak saat seperti aku dan kamu, dahulu. 

Aku mencintai mu, tentu nya. Namun tidak lah mungkin pula untuk aku dan kamu memaksakan keadaan, percaya lah dalam masa di mana kita saling berjalan dengan tujuan dam pemikiran sendiri- sendiri ada banyak yang bisa kita dapati jauh dari saat kita bersama. Jaga diri mu baik - baik, dengan semua perubahan yang sudah pernah ada saat bersama ku. Begitu pun aku, akan selalu mengingat apa yang menjadi pengertian baik mu, untuk ku. Sampai jumpa di lain waktu dan kesempatan yang lebih baik. Bahagia lah dengan siapapun kamu saat ini.


Masa lalu mu,


Rahmawati.